Akhiri Pengabdian dengan Ketulusan, Lurah Ikin Sodikin Pamit dari Winduherang



KUNINGAN — Setelah mengabdi selama 3 tahun 6 bulan sebagai Lurah Winduherang, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Ikin Sodikin akan resmi memasuki masa purnatugas pada 1 Desember 2025. Sosok yang dikenal tenang dan bersahaja ini menutup masa jabatannya dengan penuh rasa syukur, setelah melewati beragam dinamika di kelurahan yang hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari Pendopo Kabupaten Kuningan.

Selama masa kepemimpinannya, Ikin tidak hanya berperan sebagai pemimpin administratif, tetapi juga sebagai figur penyeimbang yang senantiasa hadir di tengah masyarakat. Dua di antara proses panjang yang ia dampingi adalah pembukaan akses jalan di sebelah barat menuju area pemakaman, serta pembukaan jalan tembus Winduherang–Cigugur di belakang Universitas Muhammadiyah Kuningan.

Kedua rencana tersebut bukan merupakan gagasan pribadi sang lurah, melainkan hasil inisiatif dan gotong royong masyarakat yang telah bergulir sejak sebelum masa jabatannya. Sebagai pimpinan wilayah, Ikin berperan memantau, melakukan peninjauan lapangan, serta menjembatani komunikasi antarwarga dan dinas terkait.

Pada proses pembukaan akses jalan menuju area pemakaman, misalnya, sempat muncul harapan dari sebagian masyarakat agar jalan tersebut diteruskan hingga ke Curug Citenjo, lokasi bersejarah yang diyakini menjadi titik awal penentuan wilayah Kabupaten Kuningan. Namun hasil kajian teknis dari dinas terkait menyebutkan adanya sumber mata air di area tersebut.

“Hasil kajian menyimpulkan bahwa pembangunan hanya boleh sebatas akses ke pemakaman, dengan ketentuan jalan maksimal dua meter, tanpa pengecoran, cukup dengan paving block dan penghijauan di sisi kanan kiri jalan,” jelas Ikin.

Realisasi paving block pada tahun 2023 dengan anggaran Rp50 juta menjadi bukti komitmen pemerintah kelurahan dalam mendukung aspirasi warga, meski dengan batasan teknis yang ketat. Ia pun berharap proses penyelesaian dapat tuntas hingga 2025/2026.

Sementara itu, untuk rencana jalan tembus Winduherang–Cigugur, hambatan utama berada pada proses pembebasan lahan, yang memerlukan kesepahaman antara pihak-pihak terkait. “Kami hanya bisa membantu memfasilitasi dan mengawal komunikasi. Semua kembali pada kesepakatan bersama warga,” ujarnya.

Menutup masa jabatannya, Ikin menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh masyarakat Winduherang yang selama ini mendukung jalannya pemerintahan dengan semangat gotong royong.

“Selama tiga tahun lebih, masyarakat Winduherang menunjukkan kekompakan luar biasa. Terima kasih atas kerja sama dan kepercayaannya,” ucapnya haru.

Selain menyoroti pembangunan fisik, Ikin juga menekankan pentingnya menjaga warisan budaya dan tradisi leluhur seperti babarit desa, yang menjadi ciri khas Winduherang sebagai desa tua dengan nilai sejarah tinggi.

“Budaya adalah jati diri kita. Jangan sampai hilang, karena di Winduherang ini ada mutiara—yakni sumber air dan nilai kearifan lokal yang luar biasa,” tuturnya.

Di akhir masa pengabdiannya, Ikin menitipkan satu pesan penting kepada penerusnya : agar akses jalan menuju Sekretariat Daerah Kabupaten Kuningan dapat segera diperbaiki.

“Setiap Musrenbang selalu kami usulkan, namun belum terealisasi. Semoga lurah berikutnya bisa meneruskan perjuangan ini, karena akses tersebut sangat vital, hanya sekitar 500 meter dari kantor bupati,” pungkasnya. (/red)